Mon - Sat 8.00 - 17.00

spot_img

Kampung Simpen: Digusur!!! Di Mana Bupati dan Gubernur?

spot_img

BANDUNG || Infokus.web.id || Di Kampung Simpen, Desa Tenjolaya, Cicalengka, puluhan tahun kehidupan warga kini terancam digusur hanya karena mereka tak memiliki selembar kertas yang diakui negara. Sertifikat jadi senjata, dan hukum jadi palu yang memukul rakyat kecil tanpa ampun. Tak peduli bahwa mereka telah tinggal, menanam, membayar pajak, dan membangun ruang hidup selama puluhan tahun—semua itu dianggap tak sah. Negara memilih melihat dokumen, bukan kenyataan. “Papar Maman Ketum Bamuswari

Lebih lanjut Maman mengatakan, Dan dalam semua ini, Bupati Bandung diam. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, pun belum bicara tegas. Pertanyaannya sederhana: di mana posisi kepala daerah saat rakyatnya diusir dari tanahnya sendiri? Jika kekuasaan tak digunakan untuk membela rakyat, untuk apa jabatan itu dipertahankan?

Berita Lainnya  Esq Kemanusiaan Gandeng Indonesia CARE,Distribusikan Wakaf Quran Isyarat Untuk Sahabat Tuli

Kampung Simpen bukan sekadar sengketa tanah—ini adalah uji komitmen moral dan politik. Sejauh mana kepala daerah berani memutus rantai ketidakadilan struktural yang sudah terlalu lama dibiarkan? Sejauh mana Bupati dan Gubernur bersedia berpihak bukan hanya secara kata, tetapi secara tindakan nyata?

IMG-20250416-WA0013 Kampung Simpen: Digusur!!! Di Mana Bupati dan Gubernur?

Jika mereka memilih netral, maka mereka telah memilih berpihak pada penindas. Karena dalam konflik seperti ini, netralitas adalah bentuk keberpihakan terhadap penguasa modal dan sistem hukum yang cacat. Tidak ada ruang abu-abu. Rakyat digusur atau dilindungi. Itu saja. “Ucap Maman pada awak media Rabu (16/04/2025)

Berita Lainnya  Jutaan Rupiah Uang Sudah Masuk, Warga Desa Rengasdengklok Selatan, Tidak Kunjung Bekerja

Agus Gustiana ketua DPW Jawa Barat Bamuswari pun menyampaikan, Kang Dedi Mulyadi dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan kultur Sunda dan sering bicara soal nilai-nilai leluhur. Tapi nilai apa yang tersisa ketika tanah rakyat diambil paksa dan pemimpinnya bungkam? Budaya apa yang ingin dilestarikan jika rakyat kecil terus dikorbankan atas nama pembangunan?

Pemerintah daerah punya kuasa, punya instrumen hukum, dan punya pengaruh politik. Jika mereka benar-benar berpihak, mereka bisa keluarkan keputusan yang menghentikan proses penggusuran, mendorong pengakuan hak atas tanah berdasarkan penguasaan historis dan sosial, dan membuka jalan reforma agraria sejati. Tapi jika mereka terus berlindung di balik prosedur, maka mereka tak lebih dari pelayan sistem yang melanggengkan ketimpangan.

Berita Lainnya  Diduga Lepas Dari Pengawasan Dinas Dan PPTK Pekerjaan Uditch Dikerjakan Kurang Maksimal

Warga Kampung Simpen hari ini tidak butuh simpati. Mereka butuh pembela. Dan pembela itu seharusnya adalah pemimpin yang dipilih untuk melindungi mereka. Jika Bupati Bandung dan Gubernur Jawa Barat terus diam, maka rakyat akan bergerak sendiri. Karena ketika negara gagal menjalankan kewajibannya, perlawanan bukan hanya sah—ia adalah kewajiban.

Tanah rakyat bukan barang dagangan. Dan jika kepala daerah tidak berani berkata demikian, maka mereka bukan pemimpin—mereka hanya perpanjangan tangan dari kekuasaan yang tak berpihak. “Tandas Agus.

Ketua DPW Bamuswari
Provinsi Jawa Barat
Agus Gustiana

 

•Red

Bagikan

BERITA LAINNYA

BERITA POPULER

- Advertisement -spot_img

TOPNEWS

NASIONAL

DAERAH

TRENDING

PENDIDIKAN

INDEKS